Nagari To-lang Po-hwang Nagari Toho Asal Mulano Lappung

Sabtu, 31 Desember 2011

Kemenkumham Harus Turun

BANDARLAMPUNG – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta mengutamakan hajat hidup 7.512 petambak di Dipasena. Caranya dengan menugaskan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) beserta kementerian terkait untuk melegalkan status pemutusan hubungan kemitraan inti-plasma serta memastikan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) mengembalikan sertifikat tanah milik petambak.
’’Juga membayarkan sisa hasil usaha (SHU) petambak sekitar Rp36 miliar dan membantu PT PLN (Persero) menyalurkan listrik ke lokasi pertambakan Bumi Dipasena,” tegas Koordinator Program Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim dalam siaran persnya kepada Radar Lampung kemarin.
Menurut dia, belajar dari konflik tanah dan pengelolaan sumber daya alam seperti yang terjadi di Papua, Mesuji, dan Bima, mestinya presiden tidak ragu bertindak. Dikatakan, tidak masuk akal jika presiden membiarkan konflik Dipasena berlarut-larut.
’’Pasalnya, akibat material dan nonmaterial telah dirasakan oleh ribuan keluarga petambak, baik kaum perempuan maupun anak-anak. Hal ini jelas melanggar HAM, sebagaimana hasil investigasi Komnas HAM pada tanggal 2 Juli 2011 (lihat grafis),” ungkap Halim.

SEJARAH DOMPU DAN TULANG BAWANG

Oleh : HM.Agus Suryanto Wartawan Harian Lombok Dompu



Dalam lembaran sejarah di Dompu mencatat,sebelum terbentuknya kerajaan konon didaerah ini pernah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai ‘’NCUHI’’ atau raja kecil para ncuhi tarsebut terdiri dari 4 orang yaitu:


Ncuhi Hu,u
yang mempunyai wilayah kekuasaan Hu,u dan sekitarnya(sekarang kecamtan Hu,u)


Ncuhi Saneo
yang mempunyai wilayah kekusaan daerah Saneo dan sekitanya(sekarang kecamatan Woja Dompu).


Ncuhi Nowa
Yang mempunyai wilayah kekusaan Nowa dan sekitarnya(sekarang masuk kecamatan Woja).


Ncuhi Tonda
yang mempunyai wilayah kekusaan Tonda dan sekitarnya dan saat ini masuk dalam wilayah Desa Riwo kecamatan


Woja Dompu.
Selain empat Orang Ncuhi yang terkenal di Dompu terdapat pula Ncuhi lainya seperti Ncuhi Tolo


Jumat, 30 Desember 2011

WAKIL BUPATI TULANG BAWANG SANDANG GELAR DOKTOR

Penganugrahan Gelar Doktor Kepada Wakil Bupati Tulang Bawang, Agus Mardi Hartono


Jum’at, 30 desember 2011, waktu 16,00 wib.
Orang nomor dua di kabupaten Tulang Bawang jum’at kemarin melakukan ujian terbuka guna memperoleh penganugrahan gelar doktor dari Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Agus mardihartono atau yang akrab dengan panggilan cak agus ini melakukan ujian terbukanya di gedung lengkung pascasarjana ugm lantai lima dengan di dampingi oleh istri, anak dan sanak keluarganya serta di hadiri oleh para mahasiswa dari Himpunan Pelajar Mahasiswa Tulang Bawang dan Tulang Bawang Barat Yogyakarta (Hipmatubayo), Hipmala, Ikpm Se-Komisariat Lampung, Masyarakat Lampung Yogyakarta, dan Mahasiswa Dari Ikpm Se - Indonesia.

Rabu, 28 Desember 2011

Makanan Khas Lampung

SERUIT


disebut dengan istilah nyeruit.. yang artinya adalah kegiatan makan yang dilakukan secara bersama-sama dengan hidangan sebagaimana tersebut di atas, yaitu sambol seruit, ikan gabus bakar, lalapan berupa ketimun, labu siam rebus, daun-daunan segar, terong lurik muda yang bulat-bulat, dengan nasi putih yang masih “ngepul” panas.

Beberapa jenis masakan khas Lampung tersebut diantaranya adalah Seruit….Biasanya masakan khas Lampung ini menggunakan ikan sebagai bahan utamanya….Jenis ikan yang digunakan oleh masyarakat Lampung saat mengolah masakan Seruit antara lain, ikan belide, ikan sungai, ikan baung, dan ikan layis…. Lampung adalah seruit yaitu Makanan khasmasakan ikan digoreng atau dibakar dicampur sambel terasi, tempoyak (olahan durian) atau mangga…   

Minggu, 25 Desember 2011

HIPMALA Gelar Seminar Pelatihan Jurnalistik

sambutan sekaligus pembukaan pelatihan jurnalistik oleh kakanda dermawan.
Himpunan Pelajar Mahasiswa Lampung Yogyakarta atau yang akrab dengan sebutan HIPMALA Yogyakarta padahari ini, Minggu, 25 Desember 2011 pada pukul 13.00 wib mengadakan seminar pelatihan jurnalistik dengan pembicara wahyu hidayat dan ari oktara yang di laksanakan di aula asrama mahasiswa lampung yogyakarta jl. pakuningratan no 7 jetis,yogyakarta.

Acara seminar ini di ikuti oleh kurang lebih 40 orang mahasiswa/mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di yogyakarta yang merupakan perwakilan dari tiap - tiap IKPM se-komisariat Lampung Jogjakarta. Seminar pelatihan jurnalistik ini merupakan program kerja pengurus HIPMALA bidang Lidbang sehingga di awal sambutanya ketua panitia "andika pratama" memaparkan tujuan diadakan seminar pelatihan jurnalistik ini yaitu guna menciptakan kader - kader yang memiliki keahlian dan gemar dalam menulis berita.

Selasa, 06 Desember 2011

nyeruit jejama sebagai pelestari adat budaya.

nyeruit jejama dalam satu rasa kebersamaan dan sepenanggungan
nyeruit jejama mahasiswa dan masyarakat lampung yogyakarta

bisa di bayangkan kelezatanya dari ekspresi menikmatinya

12 M daun pisang saksi sebuah agungnya lestari kebudayaan

Seruit merupakan makanan tradisional lampung yang sangat khas dan memiliki cita rasa tersendiri baik dalam pengolahan, rasa maupun penghidanganya. Dalam pengolahanya, Seruit menggunakan bahan berupa ikan yang di panggang atau di goreng  tidak terlalu kering agar cita rasa manis pada daging ikan tidak hilang.

Jumat, 02 Desember 2011

Ditargetkan Pada Akhir Tahun 2011 Enam Kecamatan yaitu Gedung aji baru, Rawa jitu Selatan, Gedung aji, Penawaraji, Meraksaaji, dan Rawajitu Timur Bisa Menikmati PLN

2013, Listrik Rambah Penjuru Tuba


MENGGALA – Memasuki awal 2012, sejumlah kecamatan di Kabupaten Tulangbawang masih belum tersentuh aliran listrik. Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Tuba berharap masalah ini akan tuntas pada 2013.
Hal ini diungkapkan Kadistamben Tuba Andi Ruslan kemarin. Kepada Radar Lampung, Andi menyatakan pada proyeksi 2011 ini ada enam kecamatan yang direncanakan segera menikmati fasilitas penerangan. Keenam kecamatan itu mencakup Gedung aji baru, Rawa jitu Selatan, Gedung aji, Penawaraji, Meraksaaji, dan Rawajitu Timur.
Menurut Andi, dalam mengatasi masalah ini pihaknya hanya bersifat sebagai perantara dengan mengoordinasikan masalah itu kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pada 2012, kata Andi, masih tersisa tiga kecamatan lagi yang belum teraliri listrik. Yakni Dente teladas, Gedungmeneng, dan Rawapitu. Ketiga kecamatan ini secara geografis memang cukup sulit untuk terjangkau listrik. ’’Jumlah pelanggan mungkin juga memengaruhi,” ujarnya.
Andi membenarkan dulu sempat ada program genset atau program pemanfaatan tenaga surya untuk menghasilkan energi listrik. Namun, menurutnya, tetap saja masyarakat mendambakan aliran listrik dari PLN. Disinggung tentang masalah suplai listrik di Tuba, Andi menilai sudah tercukupi. ’’Dilihat dari Gardu Induk (GI) Menggala yang sekarang ada, kini besarannya mencapai 60 MVA,” kata dia.
Namun, dari GI Menggala itu, listrik juga dipasok untuk dua kabupaten lain. Yakni Mesuji dan Tuba Barat. ’’Menurut kabar yang kami terima, jaringan listrik untuk dua kabupaten itu tengah dipecah. Akibatnya, mungkin ada tegangan listrik yang tidak stabil dialami oleh warga masyarakat,” ungkapnya seraya berharap pemecahan itu dapat selesai tahun ini.
Untuk tahun depan, Distamben merencanakan penelitian terkait sumber-sumber energi baru yang berpotensi menghasilkan listrik. ’’Tahun depan, kita akan menggandeng pihak ketiga untuk melakukan penelitian. Apa yang menguntungkan dan apa yang bisa  dikembangkan? Apakah etanol atau pohon jarak, misalnya,” tuturnya. (wdi/c2/fik)

Sumber : Radarlampung.co.id. Rabu, 30 November 2011 | 09:10 WIB

Kamis, 01 Desember 2011




pedagang pasar Unit II, foto endra wartawan tribunlampung
TRIBUNLAMPUNG.co.id - Keinginan Pemkab Tulangbawang untuk menyulap pasar unit II Kecamatan Banjar Agung menjadi pasar modern sepertinya akan segera terwujud. Ini menyusul akan dilayangkan surat pemberitahuan terkait rencana eksekusi pasar unit II, kepada para pedagang di pasar terbesar di Tuba Jumat (2/11) besok.

Kepala Dinas Pasar Desia Kesumayuda mengutarakan, surat pemberitahuan itu sekaligus sebagai bentuk sosialisasi terkait rencana pembongkaran pasar kepada pedagang. "Ini (surat pemberitahuan) merupakan prosedur yang harus dilakukan sebelum dilakukan pembongkaran pasar. Kita tetap mengedepankan sikap persuasif terhadap para pedagang," ujar Desia, yang ditemui wartawan dikantornya, Kamis (1/11) siang.

Menurutnya, surat pemberitahuan tersebut nantinya tidak hanya dilayangkan satu kali, namun akan dilayangkan kepada para pedagang sampai tiga kali berturut-turut. Surat pertama yang akan dikirim tersebut bernomor No.511.2/145/II.10/TB/2011, dan ditandatangani oleh Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Tuba Darwis Fauzi.

Surat tersebut berisi pemberitahuan terkait kutipan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) Medan atas gugatan pedagang terhadap rencana pembongkaran pasar unit II yang dimenangkan oleh Pemkab Tuba. "Ini (surat pemberitahuan) dilakukan karena mungkin banyak pedagang yang masih belum tahu hasil keputusan PT TUN Medan," imbuhnya.

Surat pertama yang akan dilayangkan itu, tutur mantan Camat Menggala Kota ini, juga berisi pemberitahuan rencana tempat relokasi pasar (tempat penampungan sementara)bagi pedagang, yang dipusatkan di lapangan pemuda unit II. "Berdasarkan catatan kami, jumlah pedagang yang ada dipasar unit II saat ini ditaksir mencapai sekitar 1.100 pedagang " katanya.                                  .

Saat menyebar surat pemberitahuan itu, kata Desia, nantinya Dinas Pasar akan dibantu sejumlah personil Sat Pol PP Tuba dan aparatur Kecamatan Banjar Agung. Ini mengingat minimnya sumberdaya yang dimiliki Dinas Pasar.

"Kami tentunya sangat berharap agar pedagang bersikap persuasif untuk mematuhi keputusan PT TUN Medan itu," ujarnya.(endra)

Editor : soni
Sumber : lampung.tribunnews.com

Rabu, 30 November 2011

Listrik PLN Sangat Bantu Petambak
 
Tribun Lampung - Rabu, 30 November 2011 19:52 WIB
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
TRIBUNLAMPUNG.co.id - Konflik kemitraan antara petambak plasma dengan PT Central Proteinaprima yang berbuntut pemutusan aliran listrik sepihak oleh  perusahaan telah membuat ribuan keluarga petambak hidup dengan penerangan seadanya.

Carut marutnya kondisi sistem kemitraan yang ada ,kemudian ditengahi oleh pemerintah dengan meluncurkan beberapa program dan gagasan untuk menjadi solusi penyelesaian jangka pendek maupun  jangka panjang . Realisasi solusi permasalahan tersebut melibatkan  berbagai intansi untuk turut berperan dalam menyelesaikan polemik yang terjadi di areal penghasil udang terbesar di negeri ini.

Minapolitan udang akhirnya menjadi wacana pamungkas sebagai penuntas masalah yang menimpa para petambak di Bumi Dipasena, wacana program yang merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kelautan Perikanan 2010-2014 era Fadel Muhammad ini disampaikan langsung oleh sang menteri  di hadapan ribuan petambak plasma dipasena saat kunjungan kerjanya beberapa bulan silam.

Minapolitan sebagai langkah pendukung kebijakan nasional  yang merupakan program kerja lintas kementrian ini tak hanya sekedar menyikapi masalah kemitraan dan produksi hasil usaha budidaya sementara, tapi juga meliputi semua aspek pendukung yang menunjang keberhasilan program tersebut.

Menyikapi persoalan listrik sebagai masalah yang diangap paling mendesak, pemerintah  lebih memilih menggunakan PLN dari pada mencoba menegosiasi pembangkit listrik di lokasi pertambakan milik PT CP Prima yang dianggap tidak pernah kooperatif dalam menyelesaikan masalah yang ada.                      

Memilih untuk membangun jaringan listrik dengan jarak berkilo-kilo meter bukanlah hal mudah, terlebih melihat kondisi jalan di sepanjang  lintas Rawajitu yang rusak parah bertahun-tahun dan kondisi sosial masyarakat di Tulangbawang .Pilihan yang juga berdampak positif bagi wilayah-wilayah sepanjang jalah lintas rawajitu yang memang belum tersentuh oleh listrik negara tersebut di targetkan akan rampung pada bulan November ini.

Namun hingga  saat ini sepertinya target kerja tersebut masih mengalami kendala , instalasi dan jaringan  yang sudah sampai di depan pintu gerbang wilayah kecamatan rawajitu timur belum juga bisa masuk ke dalam lokasi pertambakan , rendahnya tegangan arus yang memang sangat jauh dari gardu induk (hanya sekitar 140 volt) dan mekanisme pembayaran menjadi alasan tekhnis terhentinya pendistribusian arus  untuk para petambak.

"Kalau memang besarnya tegangan dan mekanisme pembayaran yang menjadi masalah, kami berharap PLN tetap melanjutkan pemasangan instalasi hingga ke perkampungan petambak sambil menunggu solusi untuk menaikkan tegangan " ujar erwosadi, petambak Bumi Dipasena Makmur, melalui pers rilisnya yang diterima Tribunlampung.co.id, Rabu (30/11) petang.

Menurut Erwo, listrik dari PLN akan sangat membantu ekonomi masyarakat karna selama ini
penerangan yang digunakan oleh para petambak secara swadaya memakan biaya besar untuk pembelian bahan bakar."Belum lagi jika ada keterlambatan pengiriman BBM, para petambak harus membeli BBM dari para pengecer yang mematok harga tinggi," katanya. (endra)

Editor : soni
Sumber : lampung.tribunnews.com 

Selasa, 29 November 2011

Harus Cetak Sawah Baru 4.000 Ha per Tahun

 Tribun Lampung - Senin, 28 November 2011 08:23 WIB
Terkait penyusutan dan alih fungsi lahan sawah yang mencapai 2.000 ha per tahun (merujuk data Badan Pusat Statistik), menurut Wan Abbas, Pemerintah Provinsi Lampung harus mencetak lagi sawah baru minimal dua kali lipatnya yang susut, atau 4.000 ha setiap tahun.

Pencetakan sawah baru dengan ukuran minimal dua kali lipat dari luas lahan yang hilang atau beralih fungsi, mutlak diperlukan untuk memperhitungkan kegagalan sawah baru yang belum tentu produktif sebagaimana lahan sebelumnya.

"Pencetakan sawah baru belum tentu memberi produktifitas maksimal yang sesuai dengan produktifitas lahan yang telah hilang atau beralih fungsi. Karena itu, pencetakan sawah baru harus selalu lebih banyak dari lahan yang beralih fungsi," kata Wan Abbas.

Ia menjelaskan, belum mampunya sawah baru menghasilkan padi seproduktifi lahan sawah lama, disebabkan lahan tersebut masih dalam tahap percobaan dan pengembangan.

"Idealnya, sawah yang baru dicetak baru bisa produktif setelah pengembangan selama tiga tahun. Pada tahun-tahun awal panen, hasilnya mungkin baru sekitar 2 ton per hektare. Setelah tiga tahun pengembangan biasanya baru bisa jadi 5 ton per hektare," imbuhnya.

Menurut Wan Abbas, pemprov mestinya bisa mengaktifkan kembali lahan-lahan sawah tidak produktif dan tidak lagi ditanami padi yang banyak terdapat di berbagai daerah di Lampung.

"Saya yakin target pencetakan sawah baru bisa dimaksimalkan. Dengan syarat sawah- sawah yang tidak produktif diaktifkan lagi. Infrastruktur pertanian seperti irigasi juga ditambah untuk menanggulangi kekurangan air di musim tanam," ungkapnya.

Mantan pembantu dekan III FP Unila ini mencontohkan, pada 1983/1984, Pemprov Lampung bersama Unila pernah melakukan pengembangan lahan rawa di daerah Rawa Sragi, Lampung Selatan, seluas 22.000 ha. Setelah melalui pendampingan dan berbagai uji coba, dalam kurun tiga tahun, lahan tersebut berhasil memroduksi padi hingga 5 ton per ha. (tim)

Editor : taryono
Sumber : lampung.tribunnews.com

Kamis, 24 November 2011

Daftar 40 Orang Terkaya Indonesia

| Erlangga Djumena | Kamis, 24 November 2011 | 14:17 WIB

 
SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

JAKARTA, KOMPAS.com — Meskipun kondisi perekonomian global sedang gonjang-ganjing, perekonomian Indonesia masih tetap melaju. Hal itu tecermin dari meningkatnya produk domestik bruto Indonesia  hingga 70 persen dan pasar modal Indonesia juga naik 3 persen.

Hal tersebut, menurut Forbes, membantu meningkatkan total kekayaan 40 orang kaya Indonesia tahun ini hingga 19 persen menjadi 85,1 miliar dollar AS.

Gabungan total kekayaan tiga orang terkaya Indonesia, yakni Hartono bersaudara, Susilo Wonowidjojo, dan Eka Tjipta Widjaja, yang mencapai 32,5 miliar dollar AS, merepresentasikan 38 persen dari total gabungan kekayaan para miliuner Indonesia tersebut.

Berikut daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis Forbes Rabu (23/11/2011) waktu setempat:

1. R Budi dan Michael Hartono (14 miliar dollar AS)
2. Susilo Wonowidjojo (10 miliar dollar AS)
3. Eka Tjipta Widjaja (8 miliar dollar AS)
4. Low Tuck Kwong (3,7 miliar dollar AS)
5. Anthoni Salim (3,6 miliar dollar AS)
6. Sukanto Tanoto (2,8 miliar dollar AS)
7. Martua Sitorus (2,7 miliar dollar AS)
8. Peter Sondakh (2,6 miliar dollar AS)
9. Putera Sampoerna (2,4 miliar dollar AS)
10. Achmad Hamami (2,2 miliar dollar AS)
11. Chairul Tanjung (2,1 miliar dollar AS)
12. Boenjamin Setiawan (2 miliar dollar AS)
13. Sri Prakash Lohia (1,7 miliar dollar AS)
14. Murdaya Poo (1,5 miliar dollar AS)
15. Tahir (1,4 miliar dollar AS)
16. Edwin Soeryadjaya (1,35 miliar dollar AS)
17. Kiki Barki (1,3 miliar dollar AS)
18. Garibaldi Thohir (1,3 miliar dollar AS)
19. Sjamsul Nursalim (1,22 miliar dollar AS)
20. Ciliandra Fangiono (1,210 miliar dollar AS)
21. Eddy Wiliam Katuari (1,2 miliar dollar AS)
22. Hary Tanoesoedibjo (1,19 miliar dollar AS)
23. Kartini Muljadi (1,15 miliar dollar AS)
24. TP Rachmat (1,140 miliar dollar AS)
25. Djoko Susanto (1,040 miliar dollar AS)
26. Harjo Sutanto (1 miliar dollar AS)
27. Ciputra (950 juta dollar AS)
28. Samin Tan (940 juta dollar AS)
29. Benny Subianto (900 juta dollar AS)
30. Aburizal Bakrie (890 juta dollar AS)
31. Engki Wibowo dan Jenny Quantero (810 juta dollar AS)
32. Hashim Djojohadikusumo (790 juta dollar AS)
33. Soegiarto Adikoesoemo (770 juta dollar AS)
34. Kuncoro Wibowo (730 juta dollar AS)
35. Muhammad Aksa Mahmud (710 dollar dolar AS)
36. Husain Sjojonegoro (700 juta dollar AS)
37. Sandiaga Uno (660 juta dollar AS)
38. Mochtar Riady (650 juta dollar AS)
39. Triatma Haliman (640 juta dollar AS)
40. Handojo Santosa (630 juta dolar AS)
 Sumber : Kompas.com

Jadi Buruan, Badak di Lampung Terancam Punah

| Benny N Joewono | Kamis, 24 November 2011 | 13:41 WIB
 
WWF/TNUK Ilustrasi

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Populasi satwa dilindungi Badak di Lampung terancam punah, karena perburuan liar namun tidak diimbangi dengan sanksi hukuman yang berat.
"Populasi Badak kita tersisa di Waykambas 30 ekor, Bukit Barisan 80 ekor, keberadaan satwa ini tidak menguntungkan bagi perkembangbiakannya karena perubahan iklim global yang tidak mendukungnya," kata Ketua Yayasan Badak Indonesia, Widodo Ramono, usai Rapat Koordinasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem, di Bandarlampung, Kamis (24/11/2011).
Dia mengatakan, dalam rapat koordinasi itu, Yayasan Badak Indonesian, prinsipnya membantu pemerintah untuk melindungi hutan dan melestarikan satwa yang dilindungi.

Rabu, 23 November 2011

Rawapitu Geger "Warganya Tewas Digigit Buaya"


buaya
TRIBUNLAMPUNG.co.id - Warga Kampung Andalas Cermin Kecamatan Rawapitu, Tulangbawang Minggu (20/11) malam digegerkan dengan tewasnya Halid bin Marsum (90), warga Rk 3 Rt 7 karena digigit buaya.Menurut keterangan Selamet (30), warga Andalas Cermin, peristiwa itu bermula saat korban bersama Sumarno dan Kader tengah memancing di Sungai Andalas Cermin.

Ketika sedang asik memancing ikan di tepi sungai, tiba-tiba korban disambar buaya dari sebelah kanan.    

Menurut Selamet, jarak antara korban dengan kedua rekannya ketika itu memang agak berjauhan.  "Waktu itu korban sempat menjerit minta tolong," ujar Selamet, kepada Tribunlampung.co.id, Senin (21/11) siang.

Mendengar teriakan korban, kedua rekannya lantas menghampiri tempat korban memancing. Saat sampai dilokasi tempat korban duduk memancing ikan, kedua rekannya mendapati korban sudah terkapar di dalam air dengang sejumlah luka pada paha bagian kanan dan pinggang.

"Korban lalu dilarikan ke
Sumber : 
puskesmas," katanya.Karena luka yang cukup serius, nyawa korban akhirnya tidak bisa diselamatkan. Korban meninggal Minggu malam, selang dua jam setelah dirawat di Puskesmas Rawapitu.

Jenazah Halid bin Marsum baru dimakamkan di tempat pemakaman umum, Senin (21/11) siang. (endra)

Sumber: http://lampung.tribunnews.com/2011/11/21/astaga-halid-tewas-dimakan-buaya

Kamis, 17 November 2011

Jembatan Selat Sunda akan Cetak Rekor Terpanjang di Dunia


SENIN, 03 OKTOBER 2011 20:22 WIB

gambar Jembatan Selat Sunda (JJS)
LENSAINDONESIA.COM: Rencana pembangunan mega proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) memunculkan harapan sekaligus kekhawatiran.
Anggota Komisi IV DPR Makmur Hasanuddin meminta pada proses pembangunan JSS agar Presiden untuk turun langsung pada pengawasan detail mega proyek tersebut. Pasalnya, lanjut Makmur, pembangunan JSS ini kemungkinan besar akan mengkonversi lahan pertanian di Banten, serta berpotensi pada pembabatan hutan dan perusakan lingkungan di Sumatera.
“Presiden dan Menko Perekonomian mesti menjamin, dan melakukan MoU terbuka kepada masyarakat untuk tidak merusak hutan, mempertahankan lahan pertanian dan memperhatikan industri maritim sebelum JSS ini mulai di bangun..,

Mega Proyek Jembatan Selat Sunda Mendapat Kucuran Dana Rp150 Triliun


Rabu, 16 November 2011 | 08:54 WIB

BANDARLAMPUNG – PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM), anak perusahaan Artha Graha, kembali menginvestasikan dananya untuk kawasan strategis infrastruktur Selat Sunda. Kali ini, BSM bersama PT Lampung Jasa Utama (LJU) dan PT Banten Global Dev. menanamkan modal sebesar Rp150 triliun.
Sebelumnya, BSM melakukan pra feasibility study atau studi kelayakan awal terhadap pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS).

UMK Tuba Bakal Naik



MENGGALA – Upah minimum kabupaten (UMK) Tulangbawang diperkirakan naik. Hal ini mengacu dengan hasil survei kebutuhan hidup layak (KHL) yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dissosnakertrans) Tuba.
Menurut Kadissosnakertrans Tuba Tohir Alam, kini UMK Tuba Rp865.500. Namun, dari hasil survei, KHL masyarakat setempat sudah mencapai lebih dari Rp1 juta.

Benur Terlambat karena Tunggu Lisensi Virus

Tribun Lampung - Kamis, 17 November 2011 10:46 
 WIB

RAWAJITU -Koordinator distribusi bantuan dari Balai Besar Pengembangan Budi Daya Lampung Hidayat mengaku, terlambatnya distribusi bantuan benur bagi petambak Dipasena lantaran masih menunggu lisensi virus.                                                

"Karena harus menunggu lisensi bebas virus, itulah sebabnya pendistribusian bantuan agak terlambat, " ujar Hidayat, mengklarifikasi atas kegagalan jadwal pengiriman bantuan benur, Kamis (17/11/2011).

Petambak Udang Windu Dipasena Terima Benur

benur udang windu yang di budidayakan di tambak udang dipasena
Tribun Lampung - Kamis, 17 November 2011 10:42 WIB
RAWAJITU- Para petambak udang windu Dipasena Kecamatan Rawajitu Timur, Tulangbawang, akhirnya dapat bernafas lega.                                            

Ini setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai mendistribusikan bantuan benur (bibit udang) kepada petambak di wilayah Dipasena sejak Rabu (16/11) kemarin.                                        
Distribusi benur itu dilakukan setelah sempat terlambat beberapa kali.  Rencananya, bantuan benur itu akan didistribusikan dalam beberapa tahapan.

Upacara Pemberian Gelar "Cakak Pepadun"

pepadun sebuah singgasana raja
rato garuda sebagai kendaraan dalamupacara cakak pepadun
Upacara Cakak Pepadun adalah upacara pemberian gelar untuk adat pepadun. Gelar adat Lampung di anataranya ialah:
- Suttan
- Raja
- Pangeran
- Dalom, dan lain-lain
Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam upacara Cakak Pepadun


1. Ngurau (ngundang)
Siapa saja yang akan melaksanakan upacara adat sedapatnya mengumpulkan masyarakat adat (Peghwatin). Peghwatin akan menyuruh yang punya hajat dan masyarakat kampung lain.


Rabu, 16 November 2011

Cerita Rakyat Tepian Sungai Tulang Bawang "Buaya Perompak"




Alkisah, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal dengan keganasan buayanya. Setiap nelayan yang melewati sungai itu harus selalu berhati-hati. Begitupula penduduk yang sering mandi dan mencuci di tepi sungai itu. Menurut cerita, sudah banyak manusia yang hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Pada suatu hari, kejadian yang mengerikan itu terulang kembali. Seorang gadis cantik yang bernama Aminah tiba-tiba hilang saat sedang mencuci di tepi sungai itu. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari mencarinya dengan menyusuri tepi sungai, tapi tidak juga menemukannya. Gadis itu hilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sepertinya ia sirna bagaikan ditelan bumi. Warga pun berhenti melakukan pencarian, karena menganggap bahwa Aminah telah mati dimakan buaya.

Sementara itu, di sebuah tempat di dasar sungai tamp

Megou Pak Tulang Bawang

sesat agung dan rumah adat megou pak tulangbawang

prasasti

nuwo adat megou pak tulang bawang

Kerajaan Tulang Bawang



Keberadaan nama Kerajaan Tulang Bawang (To-La P’o-Hwang) sempat di kenal di tanah air. Meski tidak secara terperinci menjelaskan, dari sejumlah riwayat sejarah maupun catatan penziarah asal daratan Cina, mengungkap akan keberadaan daerah kerajaan ini.

Prasasti (batu bertulis) Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang menyebut, saat itu Kerajaan Sriwijaya (Che-Li P'o Chie) telah berkuasa dan ekspedisinya menaklukkan daerah-daerah lain, terutama dua pulau yang berada di bagian barat Indonesia. Sejak saat itu, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yang sempat berjaya akhirnya lambat laun meredup seiring berkembangnya kerajaan maritim tersebut.

Banyak pertanyaan diajukan mengenai keberadaan Kerajaan Tulang Bawang. Sejarah Indonesia dan keyakinan masyarakat Lampung menyatakan pada suatu masa ada sebuah kerajaan besar di Lampung. Kerajaan itu sudah terlanjur menjadi identitas Provinsi Lampung dalam konteks Indonesia modern. Pertanyaan-pertanyaan yang selanjutnya mengemuka adalah bagaimana asal mula Kerajaan Tulang Bawang, di mana pusat kerajaannya, siapa raja yang memerintah dan siapa pula pewaris tahtanya hingga sekarang.

Banyak sejarawan, antropolog maupun arkeolog, bahkan pemerintah Provinsi Lampung pun, berusaha keras untuk menemukan kembali rangkaian sejarah yang 'hilang' tersebut. Meski hingga kini situs Kerajaan Tulang Bawang belum dapat dilacak keberadaannya, namun usaha-usaha untuk meneliti dan menggali jejak-jejak peninggalannya perlu terus dilakukan.

Dalam perjalanan dan perkembangan sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara digambarkan, Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia...

Naskah Kuno Letusan Krakatau 1883

Jauh sebelum peneliti asing menulis tentang meletusnya Gunung Krakatau (Krakatoa, Carcata) tanggal 26, 27, dan 28 Agustus 1883, seorang pribumi telah menuliskan kesaksiaan yang amat langka dan menarik, tiga bulan pasca meletusnya Krakatau, melalui Syair Lampung Karam.

Peneliti dan ahli filologi dari Leiden University, Belanda, Suryadi mengatakan hal itu kepada Kompas di Padang, Sumatera Barat, dan melalui surat elektroniknya dari Belanda, Minggu (31/8).

"Kajian-kajian ilmiah dan bibiliografi mengenai Krakatau hampir-hampir luput mencantumkan satu-satunya sumber pribumi tertulis, yang mencatat kesaksian mengenai letusan Krakatau di tahun 1883 itu. Dua tahun penelitian, saya menemukan satu-satunya kesaksian pribumi dalam bentuk tertulis, " katanya.

Sebelum meletus tanggal 26, 27, dan 28 Agustus 1883, Gunung Krakatau telah batuk-batuk sejak 20 Mei 1883. Letusan dahsyat Krakatau menimbulkan awan panas setinggi 70 kilometer dan tsunami setinggi 40 meter dan menewaskan sekitar 36.000 orang.

Sebelum meletus tahun 1883, Gunung Krakatau telah pernah meletus sekitar tahun 1680/1. Letusan itu memunculkan tiga pulau yang saling berdekatan, yakni Pulau Sertung, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Rakata.

Suryadi menjelaskan, selama ini yang menjadi bacaan tentang letusan Gunung Krakatau adalah laporan penelitian lengkap GJ Symons dkk, The Eruption of Krakatoa and Subsequent Phenomena: Report of the Krakatoa Committee of the Royal Society (London, 1883).

Sedangkan sumber tertulis pribumi .....

Tahun Depan 9 Kecamatan Terima Rp 22, 85 Miliar


Tribun Lampung - Selasa, 15 November 2011 17:28 WIB

Pada 2012 mendatang, Kabupaten Tulangbawang bakal mendapat kucuran dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) sebesar Rp 22, 85 miliar dari pemerintah pusat.      

Petambak Plasma Udang Windu Dipasena Merugi



Tribun Lampung - Selasa, 15 November 2011 13:57 WIB


Para petambak plasma udang windu Dipasena, Kecamatan Rawajitu Timur, Tulangbawang kembali di kecewakan oleh melesetnya pengiriman bantuan benur ke wilayah setempat, Selasa (15/11/2011).  
   
Melesetnya jadwal pengiriman bantuan benur yang dijanjikan oleh pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu, terjadi untuk ketiga kalinya.
                               
Bantuan benur yang dijanjikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan secara langsung itu mulai bergulir sejak awal Agustus lalu. Namun, bantuan itu baru mulai direalisasikan.
Bantuan berupa benih udang yang kini penyediaannya telah di serahkan oleh pemerintah provinsi kepada pihak swasta saat ini mulai mengalami kendala.

Selasa, 15 November 2011

Trans-Bandar Lampung Serap 1.500 Pengangguran








gambar promosi budaya lewat body mobil seperti ini sangat efektif dan bisa mencakup semua kalangan

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Keberadaan bus rapid transit (BRT) Trans-Bandar Lampung membawa peluang kerja bagi masyarakat setempat. Operasional kendaraan pengurai kemacetan itu mampu menyerap 1.500 penganggur di Bandar Lampung.

Senin, 14 November 2011

MUASAL DINAMAKANYA PAGAR DEWA



makam minak kemala bumi di pagardewa

Tangga raja pagardewa,yg di gunakan sebagai terminal penyebrangan transportasi air.


Sebenarnya bukan Pagar Dewa tetapi PAGER DEWOU asal kata dari Pagar Dewa, pagar artinya dikelilingi/ dilingkari/ dipagari, dewou artinya dewa-dewa..
Arti pengertian Pagar Dewa :
1. Kampung yang didiami oleh dewa-dewa ( orang lebih)
2. Pagar Dewa = pepatian, pepatian bahasa Lampung = kematian
Pagar Dewa diartikan suatu tempat pembunuhan, bunuh membunuh antara satu dengan yang lainya.
3. pepatian = Raja-raja / para ningrat jadi Pagar Dewa tempat berdirinya para raja-raja.
Sebagai terlihat diatas, Pagar Dewa dilingkungi oleh para keramat-keramat yang menurut anggapan rakyat sama halnya dengan dewa karena kesaktian-kesaktian mereka dan mukjizat-mukjizat para dewa. Jadi Pagar Dewa kampung yang dikelilingi oleh dewa dewa.

Keratuan Melinting



Mengenal Desa Wana dan Tari Melinting


Desa Tradisional Wana terletak di Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur. Desa ini merupakan salah satu dari tujuh desa inti kediaman masyarakat Lampung Melinting. Begitu mamasuki desa ini pemandangan mata kita langsung tertuju ke deretan rumah-rumah panggung yang terletak di kanan-kiri jalan raya, yang masih terawat dengan baik dan dihuni oleh penduduknya. Itulah salah satu tipe rumah dengan arsitektur tradisional Suku Lampung yang menjadi eyecatching manakala kita memasuki desa tersebut. Rumah panggung masyarakat Lampung Melinting memiliki ornament ukuran khas Lampung. Suasana kehidupan khas masyarakat adat Lampung Melinting masih terasa di sini, berikut acara-acara tradisi yang masih dilaksanakan masyarakat setempat seperti upacara perkawinan, pertemuan adapt lainnya. Masyarakat Lampung Melinting termasuk ke dalam masyarakat adat Lampung Saibatin (Lampung Peminggir, Lampung Pesisir).
Pada tahun 1990-an Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan Desa Tradisional Wana sebagai salah satu obyek pariwisata budaya. Ungkapan Indonesia “pariwisata budaya” atau sering diringkas menjadi “wisata budaya” terbentuk dari dua kata baru yang berasal dari bahasa Sansekerta. Istilah pariwisata, yang telah secara resmi menggantikan istilah tourisme setelah Musyawarah Nasional Taurisme II, pada tahun 1958, mengandung arti pelesir dan hiburan. Adapun istilah budaya, yang muncul pada tahun 1930-an sebagai pengganti istilah Belanda cultuur, mengandung artian pelesiran dan hiburan dengan maksud mengembangkan nalar dan watak seseorang.
Dengan mengunjungi Desa Wana kita bisa mengenali sejumlah aspek budaya Lampung mulai dari mengenali asal-usul keratuan Melinting, manusinya, rumah panggungnya, bahasanya, kehidupan masyarakatnya, adat istiadatnnya, benda-benda budayannya, kreasi kesenian tradisionalnya, dan entah apa lagi. Berikut akan dilihat beberapa aspek budaya dari masyarakat adapt di Desa Wana.
Asal-usul Keratuan Melinting.
Setelah runtuhnnya kerajaan Majapahit sekitar awal abad ke 15, timbulah kerajaan Islam di Pulau Jawa. Hasil perjuangan umat Islam yang dipelopori para wali yang dikenal dengan julukan Walisongo atau 9 wali. Salah satu di antara walisongo itu adalah Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati di Cirebon Jawa Barat, setelahSyarif Hidayatullahberhasil menaklukan Jawa Barat termasuk daerah Banten, maka banten diserahkan kepada anaknnya yang tua Maulana Hasanuddin yang bergelar Pangeran Sabakingking. Maulana Hasanuddin jadi Sultan di Banten, ia berkuasa dan memerintah Banten dengan penuh kebijaksanaan, adil dan membimbing rakyat Banten berdasarkan ajaran agama Islam.
Pada suatu ketika, Sultan Maulana Hasanuddin mengirim utusan ke Lampung untuk berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam. Adapun yang diutus Sultan Banten itu adalah dua juru dahwah yaitu Ratu Saksi aliasaru Saksi kemudian disebut Darah Putih dan Ratu Simaringgai yang kemudian bergelar Ratu Melinting. Karena penyebaran Agama Islam di Lampung antara lain melalui Labuhan Maringgai sekarang, yang berada di bawah kekuasaan Ratu Pugung dan mereka mengajarkan agama Islam terhadap Ratu Pungung dan rakyat Keratuan Pugung sampai berbulan-bulan. Ratu Pugung mempunyai cucu dua orang gadis yaitu yang bergelar Putri Sinar Alam, anak dari Singindor Alam merupakan anak tertua Ratu Pugung. Satunya lagi bergelar Putri Sinar Kaca, anak dari Gayung Garunggung yang merupakan anak Ratu Pugung yang lebih muda.
Putri Sinar Alam kawin dengan Ratu Saksi (Darah Putih) dan mempunyai anak lelaki bernama Minak Kejala Ratu. Putri Sinar Kaca kawin dengan Ratu Simaringgai yang juga mempunyai anak lelaki bernama Minak Kejala Bidin. Sebelum Minak Kejala Ratu dan Minak Kejala Bidin lahir, sewaktu mereka masih di dalam kandungan, ayah mereka yang kembali ke Cirebon tidak kembali ke Lampung. Setelah Minak Kejala Ratu dan Minak Kejala Bidin tumbuh menjadi pemuda, suatu ketika mereka berdua bertannya kepada ibu mereka, siapa dan dimana gerangan ayah mereka berdua berada. Karena desakan kedua anak itu akhirnya Putri Sinar Kaca menjelaskan tentang bapak mereka berdua. Akhirnya

Tari Cangget

Tari Cangget (Lampung)




1. Pengantar
Lampung adalah sebuah provinsi yang letaknya paling selatan di Pulau Sumatera. Di dalam provinsi ini penduduknya terbagi dalam beberapa suku bangsa yaitu: Suku bangsa Lampung, Jawa, Sunda dan Bali (http://www.wikipedia.org/). Pada Sukubangsa Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu Lampung Pepadun dan lampung Sebatin. Lampung Sebatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sedangkan, Lampung Pepadun1 adalah sebutan bagi orang Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah barat Lampung Utara) dan menyebar ke utara, timur dan tengah provinsi ini. Sebagaimana masyarakat lainnya, mereka juga mereka menumbuh-kembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi jatidirinya. Dan, salah satu kesenian yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat Lampung, khususnya Orang Pepadun, adalah jenis seni tari yang disebut “tari cangget”.

Konon, sebelum tahun 1942 atau sebelum kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada setiap upacara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah, panen raya, dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat itu orang-orang akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan dengan tujuan selain untuk mengikuti upacara, juga berkenalan dengan sesamanya. Jadi, pada waktu itu

Minggu, 13 November 2011

Tari Bedayo Tulang Bawang

Tari Bedayo Tulang Bawang 

"Harta Karun Yang Baru Terungkap" 


Kabupaten Tulang Bawang dibentuk pada tahun 1997 melalui sekretariat Persiapan Kabupaten Tulang Bawang. Penetapan ini melalui surat keputusan Gubernur No.821.2/II/09/97 tanggal 14 Januari1997 tentang penunjukan Bupati Kabupaten Tingkat II persiapan Tulang Bawang.


Kota Menggala memiliki sejarah yang sangat tua , dimana Menggala ini terkenal dengan sebutan Parisnya Lampung. Jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang sampai dengan akhir tahun 2001 berjumlah 711.886 jiwa.


Tari Bedayo Tulang Bawang adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Tulang Bawang memiliki usia yang sangat tua dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Menggala. Marwansyah Warganegara mengatakan, bahwa Tari Bedayo Tulang Bawang dulunya diciptakan atas permintaan Menak Sakaria dan adiknya Menak Sangecang Bumi keturunan ari puti Bulan, di kampung Tus Bujung Menggala kecamatan Tulang Bawang Udik.


Konon munculnya tari Bedayo Tulang Bawang akibat adanya wabah penyakit yang melanda kampung Bujung Menggala di masa itu. Berbagai usaha yang dilakukan pada saat itu, namun tidak kunjung hilang, selama pertapaannya menak Sakaria mendapatkan wangsit agar mengadaan upacara dan memotong kambing hitam diiringi sebuah tarian yang dibawakan penari wanita yang masih suci berjumlah 12 orang.


Ratu Dandayanti menerangkan, bahwa pada mulanya tari Bedayo Tulang Bawang disebut tari pemujaan atau penyembuh penyakit. Tarian pemujaan itu dipentaskan di candi Gughi yang disaksikan oleh banyak orang-orang di sekitar Kampung Bujung Menggala. Asal kata bedayo berasal dari kata budaya, Oleh karena itu tari Bedayo hanya terdapat di kabupaten Tulang Bawang saja.


Biasanya, kalau sudah ada kejadian yang sifatnya ghaib atau misalnya ada wabah penyakit yang melanda sebuah desa dimasa lalu, seketika masyarakat tersebut membuat penolak bala. Apakah yang digunakan itu sebuah tarian atau lainnya, yang intinya mohon keselamatan.

Dengan  adanya peninggalan adat istiadat dan kebiasaan lama, secara umum masyarakat Menggala masih percaya dengan kata-kata orang tua, baik itu berupa pantun, dongeng, legenda mitos, dan yang lainnya. Dengan demikian, cerita tari Bedayo Tulang Bawang pada saat ini masih terdengar di lingkungan masyarakat Menggala.


Untuk mengungkapkan kehadiran tari Bedayo Tulang Bawang secara pasti sangatlah sulit dicari jejak sejarahnya, karena sampai sekarang belum ditemukan data-data yang mencatat mengenai sejarah tarinya.


Tari Bedayo Tulang Bawang ditarikan oleh dua belas orang penari putri. Tiga orang penari membawa sesajen dan berada pada posisi depan, dan terdapat satu orang putra yang bertugas membawa payung sebagai pengiring namun tidak dalam posisi menari.


Adapun sesajen yang dibawa oleh ketiga penari putri tersebut antara lain: beras kuning dengan yang dicampur dengan kunyit dan bunga, kemenyan, dan daun salah. Dan Sembilan penari ini merupakan symbol kehidupan manusia yang melambangkan fungsi panca indra manusia dan fungsi hati, syaraf dan kaki manusia. Kemudian untuk ketiga penari yang mebawa sesaji yang melambangkan ke-Tuhanan.


Tari Bedayo Tulang Bawang dari hasil penyusunan ini memiliki beberapa gerak dasar pokok yang sudah menjadi gerak inti. Misalnya:


  1. Gerak Lapah Tebeng ( Melangkah)
  2. Gerak Sembah Pebekou (Menyembah)
  3. Gerak Samber Melayang (Burung Terbang)
Terdapat satu gerakan yang menjadi ciri khas yaitu gerakan sembah pebukou, yang memiliki makna sangat mendalam pada masa lampau, yaitu menyembah para dewa.
Busana yang dipakai penari Bedayo Tulang Bawang diantaranya:
  1. Siger atau Makuto
  2. Kalung Jimat
  3. Gelang Kano
  4. Tapis Cucuk Kanda
  5. Tapis Tutup Dada
  6. Ikat Pinggang Kuning
  7. Selendang
  8. Tanggai
Proses penyusunan tari Bedayo Tulang Bawang dari awal sampai selesai diiringi oleh alat musik klenongan yang sering disebut dengan talo balak atau tala balak. Talo bala di Tulang Bawang sering disebut dengan klenongan. Talo Balak yang secara lengkap berjumlah 19 buah instrument yang dimainkan oleh 9 orang penabuh ( disebut penayakan). Hasil permainan alat musik talo balak ini disebut dengan istilah tabuhan.


Walaupun tarian ini tidak begitu sakral seperti awal kemunculannya, tetapi saya sebagai orang yang pernah ikut seta dalam menarikan tarian ini masih merasa kesakralan dalam setiap gerakan tarian ini.


Kita harus ikut serta menjaga Tarian ini, karena ini adalah salah satu warisan budaya kita.

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN TULANG BAWANG

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN TULANG BAWANG





a. Masa Pra Kemerdekaan RI




  Dalam sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara, Tulang Bawang
  digambarkan merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, disamping
  kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak
  catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini, namun catatan Cina
  kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang pejiarah Agama Budha yang
  bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya,
  To-Lang P'o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera).

  Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang,
  namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini
  terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang
  lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.

  Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie (Sriwijaya), nama
  dan kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya sulit
  sekali mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.

  Ketika Islam mulai masuk ke bumi Nusantara sekitar abad ke-15, Menggala dan
  alur sungai Tulang Bawang yang kembali marak dengan aneka komoditi, mulai
  kembali di kenal Eropa. Menggala dengan komoditi andalannya Lada Hitam,
  menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan komoditi sejenis
  yang didapat VOC dari Bandar Banten. Perdagangan yang terus berkembang,
  menyebabkan denyut nadi Sungai Tulang Bawang semakin kencang, dan pada masa
  itu kota Menggala dijadikan dermaga "BOOM", tempat bersandarnya kapal-kapal
  dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Singapura.

  Perkembangan politik Pemerintahan Belanda yang terus berubah, membawa dampak
  dengan ditetapkanya Lampung berada dibawah pengawasan langsung Gubernur
  Jenderal Herman Wiliam Deandles mulai tanggal 22 November 1808. Hal ini
  berimbas pada penataan sistem pemerintahan adat yang merupakan salah satu
  upaya Belanda untuk mendapatkan simpati masyarakat.

  Pemerintahan adat mulai ditata sedemikian rupa, sehingga terbentuk
  Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang
  Bawang sendiri dibagi dalam 3 kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan dan
  Buay Umpu (tahun 1914, menyusul dibentuk Buay Aji).

  Sistem Pemerintahan Marga tidak berjalan lama, dan pada tahun 1864 sesuai
  dengan Keputusan Kesiden Lampung No. 362/12 tanggal 31 Mei 1864, dibentuk
  sistem Pemerintahan Pesirah. Sejak itu pembangunan berbagai fasilitas untuk
  kepentingan kolonial Belanda mulai dilakukan termasukdi Kabupaten Tulang
  Bawang.

  Pada zaman pendudukan Jepang, tidak banyak perubahan yang terjadi di daerah
  yang dijuluki "Sai Bumi Nengah Nyappur” ini. Dan akhirnya sesudah Proklamasi
  kemerdekaan RI, saat Lampung ditetapkan sebagai daerah Keresidenan dalam
  wilayah Propinsi Sumatera Selatan, Tulang Bawang dijadikan wilayah Kewedanaan.

 


b. Masa Kemerdekaan RI


 


  Sejalan dengan perkembangan Negara RI, maka setelah Lampung memisahkan diri
  dari Propinsi Sumatera Selatan, dengan membentuk Propinsi Lampung, maka status
  Menggala juga ditetapkan sebagai kecamatan di bawah naungan Kabupaten Lampung
  Utara.

  Proses berdirinya Tulang Bawang tidak begitu saja terjadi. Diawali dari
  rencana sesepuh dan tokoh masyarakat bersama pemerintah yang sejak tahun 1972
  merencanakan mengembangkan Propinsi Lampung menjadi 10 Kabupaten/Kota, maka
  pada tahun 1981, Pemerintah Propinsi membentuk 8 Lembaga Pembantu Bupati, yang
  salah satunya adalah Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala,
  berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 821.26/502 tanggal 8 Juni 1981
  tentang Pembentukan Wilayah Kerja Pembantu Bupati Lampung Selatan, Lampung
  Tengah, dan Lampung Utara Wilayah Propinsi Lampung.

  Dalam kurun waktu dari tahun 1981 sampai dengan 1997, telah terjadi pergantian
  Pejabat Pembantu Bupati selama beberapa masa bhakti, yang dijabat oleh:

  1. Drs. Hi. M. Yusup Nur (masa bhakti 1981 s.d: 1985).

  2. Kardinal, BA (masa bhakti 1985 s.d. 1989)

  3. Drs. Hi. Somali Saleh (masa bhakti 1989 s.d. 1993)

  4. Drs. Rukhyat Kusumayudha (masa bhakti 1993 s.d. 1994)

  5. Drs. Tamanuri (masa bhakti 1994 s.d. 1996)

  6. Hi. Santori Hasan, SH. (masa bhakti 1996 s.d. 1997)

  Pada tahun 1997, dibentuklah Sekretariat Persiapan Kabupaten Tulang Bawang,
  dengan Sekretaris merangkap Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala Hi.
  Santori Hasan, SH. Selanjutnya untuk memuluskan pembentukan kabupaten,
  ditunjuklah Hi. Santori Hasan, SH sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Tulang
  Bawang sejak tanggal 20 Maret sampai dengan 9 Desember 1997 melalui Surat
  Keputusan Gubernur No. 821.2/II/09/97 tanggal 14 Januari 1997 tentang
  Penunjukan Plt Bupati Kabupaten Tingkat II Persiapan Tulang Bawang .

  Melalui serangkaian proses yang cukup melelahkan, akhirnya Kabupaten Tulang
  Bawang lahir, dan diresmikan keberadaannya oleh Menteri Dalam Negeri pada
  tanggal 20 Maret 1997, sebagai tindak lanjut ditetapkan UU No. 2 Tahun 1997
  tentang pembentukan daerah tingkat II Tulang Bawang dan Kabupaten Daerah
  Tingkat II Tanggamus. Dimana untuk selanjutnya pada tanggal 24 Nopember 1997
  terpilihlah Hi. Santori Hasan, SH sebagai Bupati Tulang Bawang pertama, untuk
  periode tahun 1997-2002, yang dilantik pada tanggal 9 Desember 1997.

  Pada periode selanjutnya, melalui proses pemilihan Bupati Tulang Bawang pada
  tanggal 12 Nopermber 2002 terpilihlah Dr. Abdurachman Sarbini, dan AA.
  Syofandi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tulang Bawang untuk periode
  2002-2007, yang dilantik pada tanggal 9 Desember 2002. Kemudian melalui proses
  Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung oleh masyarakat yang pertama kali
  dilaksanakan pada tahun 2007, Dr. Abdurachman Sarbini kembali terpilih sebagai
  Bupati Tulang Bawang periode 2007-2012, berpasangan dengan Drs. Agus
  Mardihartono, MM, sebegai Wakil Bupati, yang dilantik pada tanggal 9 Desember
  2007.

  Sementara itu sejak berdirinya Kabupaten Tulang Bawang, Dewan Perwakilan
  Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tulang Bawang juga mengalami proses pergantian
  pucuk pimpinan. Pada periode 1997-1999, Ketua DPRD dijabat Abadi SP, pada
  periode 1999-2004 Ketua DPRD dijabat Samsul Hadi, dan periode 2004-2009 Ketua
  DPRD dijabat Lamijiono, S.Pd, MM, yang kemudian sebelum masa bhaktinya
  berakhir digantikan oleh Herman Artha.

  Pada tanggal 18 Agustus 2009, anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang periode
  2004-2009 secara resmi mengakhiri masa jabatannya, yang kemudian melalui
  mekanisme yang berlaku digantikan oleh Anggota DPRD periode berikutnya yaitu
  2009-2014, yang merupakan hasil Pemilu Legislatif 9 April 2009. Sedangkan
  Ketua DPRD masa bhakti 2009-2014 adalah Winarti,SE yang dilantik pada tanggal
  19 Oktober 2009.




c. Tulang Bawang Kini dan Masa Datang.

 

  Kabupaten Tulang Bawang yang pada awal berdirinya memiliki luas wilayah
  7.770,84 km² atau 22% dari wilayah Lampung, merupakan kabupaten terbesar di
  Propinsi Lampung.

  Menyadari luas wilayah dan besarnya tantangan pembangunan Kabupaten Tulang
  Bawang, maka dengan didukung aspirasi masyarakat, pada tahun 2007, Bupati
  Tulang Bawang Dr. Abdurachman Sarbini mengambil sebuah terobosan besar dengan
  memekarkan wilayah Kabupaten Tulang Bawang menjadi 3 kabupaten, yaitu
  kabupaten induk Kabupaten Tulang Bawang, dan dua kabupaten baru, Kabupaten
  Tulang Bawang Barat dan Mesuji.

  Dalam proses realisasi dua daerah otonomi baru itu pula, catatan menariknya
  adalah, sangat langka dan jarang sekali terjadi secara nasional, adanya upaya
  keras dan inisiatif dari kabupaten induk seperti yang dilakukan oleh Kabupaten
  Tulang Bawang.

  Beberapa pertimbangan dilakukannya pemekaran dua daerah otonomi baru,
  diantaranya untuk menciptakan percepatan pembangunan daerah, mengefektifkan
  pelayanan publik, memperpendek rentang kendali pemerintahan, sekaligus dapat
  mempercepat kesejahteraan masyarakat, baik di dua kabupaten baru hasil
  pemekaran, maupun di kabupaten induk.

  Sedangkan dalam prosesnya, pemekaran Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Mesuji
  akhirnya dapat diwujudkan, yaitu dengan disyahkannya UU Nomor 49 Tahun 2008
  tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji dan UU Nomor 50 Tahun 2008 tentang
  Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat, tanggal 26 November 2008, yang
  kemudian diresmikan pendefinitifannya tanggal 3 april 2009, yang ditandai
  dengan dilantiknya kedua Penjabat (Pj) Bupati di dua daerah otonomi baru
  tersebut oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto.

  Setelah wilayahnya dimekarkan, kini Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas
  wilayah 4385.84 km² dengan 15 kecamatan, 4 kelurahan dan 148 kampung. Namun
  meskipun luas wilayahnya berkurang pasca dimekarkannya dua daerah otonomi
  baru, Kabupaten Tulang Bawang masih tetap memiliki beragam potensi yang
  menjanjikan guna meningkatkan kemajuannya.
http://tulangbawangkab.go.id/index.php